Rabu, 25 Mei 2016

kesehatan jiwa



Kesehatan jiwa adalah urusan semua orang. Kita semua pernah memiliki saat-saat kita merasa tidak nyaman seperti perasaan “down” atau depresi atau stres atau cemas atau takut dan lain-lain. Sebagian besar dapat berlalu dengan berjalannya waktu, tetapi kadang-kadang perasaan ini dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius dan kondisi ini bisa terjadi pada setiap orang.
"Hai, apa kabar?"
"Saya senang hari ini. Bagaimana dengan Anda?"
"Saya sedikit sebel karena rasanya sesuatu yang saya lakukan salah melulu."

***


Percakapan diatas adalah gambaran tentang kesehatan jiwa anda. Kesehatan Jiwa adalah cara Anda berpikir, merasakan serta kemampuan Anda untuk menghadapi situasi kehidupan yang naik turun. Menjadi orang yang sehat jiwanya, tidak hanya berarti Anda tidak punya masalah kesehatan jiwa. Jika Anda dalam kondisi kesehatan jiwa yang baik, Anda akan dapat:
·         memanfaatkan potensi terbaik yang Anda miliki;
·         menghadapi masalah kehidupan, dan
·         berperan penuh di dalam keluarga, tempat kerja, masyarakat dan di antara teman-teman Anda.
Banyak orang menyebut kesehatan jiwa adalah 'kesehatan emosional' atau “perasaan sejahtera” dan itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik yang baik.
Kesehatan jiwa adalah urusan semua orang. Kita semua pernah memiliki saat-saat kita merasa tidak nyaman seperti perasaan “down” atau depresi atau stres atau cemas atau takut dan lain-lain. Sebagian besar dapat berlalu dengan berjalannya waktu, tetapi kadang-kadang perasaan ini dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius dan kondisi ini bisa terjadi pada setiap orang




Setiap orang berbeda. Ada yang dapat bangkit kembali dari perasaan tidak nyaman ini, tapi pada yang lain mungkin akan merasa terbebani untuk waktu yang lama.
Kesehatan jiwa Anda tidak selalu harus tetap sama, tapi kesehatan jiwa anda dapat berubah karena perubahan keadaan di lingkungan anda dan juga saat Anda melalui berbagai tahapan dalam kehidupan Anda.
Ada stigma yang melekat terhadap masalah kesehatan jiwa, sehingga banyak orang bahkan tidak merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka. Tapi ketahuilah, bahwa mengetahui dan mengatakan bagaimana perasaan Anda akan membuat Anda merasa lebih baik


Selasa, 24 Mei 2016

kesehatan reproduksi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia, penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang mulai dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta spesialis tidak mau ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
Untuk itu, penulis dalam makalah ini bermaksud ingin memberikan beberapa pengertian yang mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk khalayak pembaca khususnya para perempuan. Oleh karena itu penulis mengambil judul pada makalah ini, yaitu “KESEHATAN REPRODUKSI”.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan disajikan sebagai berikut:
            1.      Apa pengertian Kesehatan Reproduksi?
            2.      Apa saja Hak yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui pengertian Kesehatan Reproduksi.
2.      Untuk mengetahui hak yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kesehatan Reproduksi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan frekuensinya.
B.     Hak yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi
Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi, kesehatan seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
           1.      Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.
            2.      Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi
a.       Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran dan kenikmatan seks aman.
b.      Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait.
c.       Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
d.      Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu.
e.       Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai aspek, tidak hanya aspek biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat klinis, akan tetapi non klinis dan memasuki aspek ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Oleh karena aitu diintroduksi pendekatan interdisipliner (meminjam pendekatan psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan sebagainya) dan ingin dipadukan secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.
C.    Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi
Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada (Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini di  sebut youth uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja. (ICPD) dan sai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International Conference on Population and Development(ICPD) hampir berdekatan dengan batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani,dan buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial ,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.
D.    Abrotus
abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :
           1.      Penyebab secara umum
a.       Infeksi akut
-          virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
-          Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
-          Parasit, misalnya malaria
b.      Infeksi kronis
-          Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
-          Tuberkulosis paru aktif.
-          Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.
2.      Alasan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai berrikut:
a.       Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
b.      Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
c.       Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
d.      Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
e.       Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
f.       Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
g.      Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
h.      Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.
i.        Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
j.        Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
k.      Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.
E.     Infertilitas
Sistem kesehatan reproduksi hingga mengalami kemandulan selama ini di artikan sebagai kondisi yang hanya di alami oleh para wanita saja, padahal tidak menutup kemungkinan kalau kaum pria sebanyak 40 % juga mengalami kemandulan ini. Banyak pengertian dari Infertilitas  tapi pada intinya makna dari Infertilitas  adalah sistem kesehatan reproduksi yang terganggu dan menyebabkan ketidak mampuan mempunyai seorang anak. Banyak yang sudah menikah selama bertahun tahun dan belum juga di karunia momongan. Oleh karena itu sudah saatnya bagi pasangan yang menikah lama dan belum memiliki anak untuk melakukan cek kesehatan reproduksi, karena mungkin salah satu dari pasangan suami istri yang hingga saat ini belum mendapatkan anak mengalami Infertilitas  atau yang lebih di kenal dengan kemandulan.
Pengertian Dari Infertilitas
Infertilitas  terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Infertilitas  primer yaitu pasangan suami istri yang belum mampu memiliki anak setelah satu tahun menikah
2.      Infertilitas  sekunder yaitu pasangan suami istri yang pernah memiliki anak sebelumnya tapi hingga saat ini belum mampu untuk mendapatkan anak lagi.
Pasangan suami istri di anggap Infertilitas  karena sistem kesehatan reproduksi salah satu pasangan ada yang terganggu. Hal ini dapat di maklumi karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya janin ke dunia merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Makna dari kerjasama itu adalah suami yang mempunyai sistem dan fungsi kesehatan reproduksi yang sehat dan mampu menghasilkan atau menyalurkan spermatozoa ke organ reproduksi wanita, Istri yang memiliki sitem dan fungsi reproduksi sehat dan mampu menghasilkan sel telur atau ovum yang dapat di buahi oleh spermatozoa dan mempunyai rahim sebagai tempat perkembangan janin, embrio sampai bayi berusia cukup bulan dan di lahirkan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak di miliki oleh salah satu pasangan, pasangan tersebut tidak akan mampu mempunyai anak.
Pasangan suami istri dapat di katakan Infertilitas  jika selama kurun waktu satu tahun menikah belum mendapatkan seorang nak. Demikian pengertian dari infertilitsa. Yang harus di sadari adalah langkah apa yang kan di lakukan apabila salah satu pasangan mengalami Infertilitas  atau tidak subur. Banyak pasangan yang mengalami Infertilitas  dan berhasil memiliki anak, jadi ketenangan dan berpikir rasional adalah langkah awal yang tepat yang dapat di lakukan untuk mengatasi Infertilitas sehingga kesehatan reproduksi dapat kita jaga.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon ibu ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa.
Definisi kesehatan sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dana sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syart baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
B.     Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa dikuasai dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi saran kepada para pihak yang terkait khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi Kebidanan YPIB Majalengka.
http://infokesehatandangizi.blogspot.com/2013/07/pengertian-dari-infertilitas.html

Sabtu, 21 Mei 2016

ASUHAN ANTENATAL DI KOMUNITAS


PENGERTIAN ASUHAN ANTENATAL

Ibu Hamil

Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala. Tiap hasil pemeriksaan di ikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan. Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim .


TUJUAN ASUHAN ANTENATAL

1.      Tujuan Umum

    Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat.

2.      Tujuan Khusus

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi

2.      Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin

3.      Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan

4.      Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi

5.      Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI Ekslusif



STANDAR PELAYANAN ANTENATAL DI KOMUNITAS

Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas merupakan bagian dari ruang lingkup pelayanan kebidanan yaitu standar 3 – standar 8. Standar tersebut meliputi :

Standar 3 : identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara dini dan secara teratur.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.      Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan.

2.      Ibu, suami, anggota masyarakat meyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.

3.      Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

Standar 4 : pemeriksaan dan pematauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus dapat mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.      Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x selama kehamilan.

2.      Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.

3.      Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan.

4.      Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.

5.      Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.

Standar 5 : palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk meperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, msuknya kepala ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.      Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.

2.      Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan.

3.      Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.

Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.      Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk.

2.      Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.

3.      Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR

Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilandan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.      Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.

2.      Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat preeklamsia.

Standar 8 : persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami/keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.

Hasil yang diharapkan adalah :

1.      Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.

2.      Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

3.      Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu.

4.      Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.

5.      

STANDAR MINIMAL ASUHAN ANTENATAL 7T

1.      Timbang berat badan

2.      Ukur tekanan darah

3.      Ukur tinggi fundus uteri

4.      Pemberian imunisasi tetanus toxoid

5.      Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

6.      Tes terhadap infeksi menular seksual (IMS)

7.      Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan



1.      Timbang Berat Badan, Ukur Tekanan Darah, dan Tinggi Fundus Uteri

Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan, tekanan darah,dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan.

Kunjungan dilakukan :

a.       Sampai 28 minggu: 4 minggu sekali

b.      28-36 minggu : 2 minggu sekali

c.       Diatas 36 minggu: satu minggu sekali

2.      Ukur tekanan darah

Mengukur tekanan darah untuk deteksi dini seperti adanya preeklamsi dan eklamsi

3.      Ukur tinggi fundus uteri

Untuk memantau perkembangan janin

4.      Imunisasi TT

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus

TT1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2 setelah 4  minggu dari TT1

Diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum ( 3 tahun )

Dengan pemberian imunisasi TT diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum dalam kurun waktu 3 tahun.

Dalam memberikan imunisasi TT, harus dikaji tentang status imunisasi TT ibu yaitu :

·         Usia/tahun kelahiran WUS (mencari riwayat imunisasi bayi)

·         Umur dibawah 20 tahun (lahir setelah 1987)

Seorang WUS muda sebagian besar diperkirakan telah mendapat imunisasi lengkap pada waktu bayi dan sekolah, sehingga sudah memiliki status TT lengkap 5 dosis.

·         Umur antara 20-30 tahun (lahir antara 1987-1997)

Tanyakan imunisasi yang pernah diterima pada saat bayi, anak sekolah, calon pengantin, dan kehamilan sebelumnya. Bila tidak mempunyai catatan/kartu imunisasi saat bayi maka abaikan pertanyaan imunisasi saat bayi.

·         Umur diatas 30 tahun (lahir diatas 1997)  pasti tidak mendapat imunisasi BIAS.


Imunisasi Anak Sekolah

·         Apakah lulus kelas 6 SD?

(bila ya, pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 3)

·         Berapa kali? Dengan interval berapa bulan?


Imunisasi calon pengantin

·Apakah saat calon pengantin mendapat suntikan imunisasi di lengan?

(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 4)

·Berapa kali? Dengan interval berapa bulan?


Imunisasi masa kehamilan

·       Apakah sudah pernah hamil sebelumnya?

     (bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 5)

     Pada kehamilan sebelumnya apakah mendapat imunisasi TT? Berapa kali?

     (bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 5)

·       Berapa jarak (interval) dari imunisasi TT yang didapat saat catin dengan imunisasi saat hamil?


Imunisasi kegiatan akselerasi MNTE

·         Apakah pernah mendapat suntikan imunisasi di lengan selain pada saat calon pengantin, dan masa kehamilan? Berapa kali? Kapan?


5.      Tablet Besi

Diberikan untuk mencegah anemia dalam kehamilan. Setiap tablet mengandung FeSO4 320mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500µg. Pemberian dimulai dengan dosis satu tablet sehari pada saat ibu tidak merasa mual, dan pemberian selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet.


6.      Tes terhadap PMS

Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting karena PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang dikandung/dilahirkan. Upaya diagnosis yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi sesuai dengan gejala yang muncul, dan memberikan konseling untuk rujukan.

7.      Temu Wicara Dalam Rangka Proses Rujukan

Ditujukan untuk ibu hamil dengan msalah kesehatan atau komplikasi yang memerlukan rujukan., yang dimaksudkan untuk memberikan konsuultasi atau melakukan kerja sama penanganan. Tindakan yang harus dilakukan adalah :

·            Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi.

·            Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.

·            Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan.

·            Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.

·            Memberikan layanan atau asuhan antenatal.

·            Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah.

·            Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran.

·            Persiapan atau pengaturan transpportasi dan biaya untuk ke tempat persalinan.



STANDAR ALAT ANTENATAL

Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi perlatan steril dan tidak steril, bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan dan obat-obatan.

Peralatan Tidak Steril

Peralatan Steril

Bahan Habis Pakai

Formulir yang Disediakan

Obat-Obatan

1.      Timbangan dewasa

2.      Pengukur tinggi badan

3.     Sphygmomanometer (tensimeter)

4.      Stetoskop

5.      Funduskup

6.      Termometer aksila

7.      Pengukur waktu

8.      Senter

9.      Refleks hammer

10.  Pita pengukur lingkar lengan atas

11.  Pengukur hb

12.  Metline

13.  Bengkok

14.  Handuk kering

15.  Tabung urine

16.  Lampu spiritus

17.  Reagen untuk pemeriksaan urine

18.  Tempat sampah

1.    Bak instrumen

2.    Spatel lidah

3.    Sarung tangan (handscoen)

4.    Spuit (jarum)

a. Kasa bersih

b. Kapas

c. Alkohol 70%

d.Larutan klorin

1.      Buku KIA

2.      Kartu status

3.      Formulir rujukan

4.      Buku register

5.      Alat tulis kantor

6.      Kartu penapisan dini

7.      Kohort  ibu/bayi

a. Golongan roborantia (Vitamin B6 dan B kompleks)

b. Tablet zat besi

c. Vaksin TT

d.Kapsul Yodium

e. Obat KB




MANAJEMEN ASUHAN ANTENATAL

Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah alamiah sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujun untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam manajemen asuahan antenatal di komunitas, bidan harus melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan recana kelahiran, penolong persalinan, tempat bersalinan, tabung untuk bersalinan, dan mempersiapkan recana apabila terjadi komplikasi.

Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan menemui ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan selama kehamilan atau antenatal care (ANC) diantaranya adalah ibu sakit, tidak ada transportasi, tidak ada yang menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak mau ke pelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan bidan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan:

1.      Melakukan kunjungan rumah;

2.      Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan;

3.      Apabila ada masalah, coba untuk membuat ibu dalam mencari pemencahannya;

4.      Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.


Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care :

1.      Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke -14

2.      Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke-14 sampai minggu ke -28

3.      Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai minggu ke-36 dan setelah minggu ke-36

Kunjungan ideal selama kehamilan:

1.      Pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan terlambat haid 1 bulan

2.      Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan

3.      Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan

4.      Satu kali setiap minggu samapai usia kehamilan 9 bulan

5.      Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan


Pelaksanaan Asuhan Antenatal di Rumah

Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan antenatal di rumah.

1.      Bidan harus mempunyai data ibu hamil diwilayah kerjanya

2.      Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur

3.      Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak merasakan kehamilannya

4.      Sebelum melakukan suhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari, dan jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktifitas ibu serta keluarga

5.      Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan sesuai dengan standar, kemudian identifikasi lingkungan rumah apabila ibu mempunyai rencana melahirkan dirumah


Pemilihan Tempat Persalinan

Pemilihan tempat persalinan dimasyarakat dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu, keadaan kehamilan pada saat ini, pengalaman melahirkan sebelumnya, serta ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, sehingga dapat memilih tempat persalinan hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1.      Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan dilakukan pada ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter

2.      Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman, dan percaya terhadap orang yang menolong

Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari adanya rujukan secara estafet. Bidan harus melakukan skrining antenatal pada semua ibu hamil atau penapisan dini pada ibu hamil yang berpotensi mempunyai masalah atau faktor resiko. Skrining antenatal dilakukan dengan menggunakan prinsip 4T yaitu Temu muka, Temu wicara, Temu faktor resiko, dan Temu keluarga.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan managemen asuhan antenatal di komunitas adalah sebagai berikut:

·         Ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah mungkin  dan membuatnya merasa nyaman

·         Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip mendengarkan efektif

·         Melakukan anamnesis secara lengkap, terutama riwayat kesehatan ibu dan kebidanan

·         Melakukan peeriksaan seperlunya

·         Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya albumin, Hb)

·         Membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan tindakan darurat

·         Memberikan konseling sesuai kebutuhan

·         Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.

·         Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila ada tanda-tanda seperti perdarahan pervagina, sakit kepala lebih dari biasanya, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan tangan, nyeri abdomen, janin tidak bergerak seperti biasanya

·         Memberikan tablet Fe 90 butir dimulai saat usia kehamilan 20 minggu

·         Memberikan imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc

·         Menjadwalkan kunjungan berikutnya.

·         Mendokumentasikan hasil kunjungan.





Daftar Pustaka :

Andayani, Ayu Rai. 2008. Skrining TT WUS Eliminasi Tetanus Maternal – Neonatal. Bali: Dinas Kesehatan Provinsi.

Henderson, Christine dan Kathleen Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Kusmiyati, Yeni dkk. . Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Syahlan, J.H. 1996. Kebidanan komunitas. Yayasan bina sumber kesehatan

Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Rabu, 18 Mei 2016

 Kewenangan Bidan di Komunitas

Konsep Kebidanan Komunitas


Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (J.H. Syahlan, 1996).

Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu.Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.


KEWENANGAN BIDAN KOMUNITAS


Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat, yang meliputi :


1.      Pengetahuan dasar

a.       Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.

b.      Masalah kebidanan komunitas.

c.       Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.

d.      Strategi pelayanan kebidanan komunitas.

e.       Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan masyarakat.

f.       Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.

g.      Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.


2.      Pengetahuan tambahan

a.       Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)

b.      Pemasaran sosial

c.       Peran serta masyarakat

d.      Audit maternal perinatal

e.       Perilaku kesehatan masyarakat

f.       Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).

g.      Paradigma sehat tahun 2010.


3.      Keterampilan dasar

a.       Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB di masyarakat.

b.      Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.

c.       Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.

d.      Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.

e.       Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.

f.       Melakukan pencatatan dan pelaporan


4.    Keterampilan tambahan

a.       Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.

b.      Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.

c.       Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan kewenangannya.

d.      Menggunakan tehnologi tepat guna.




PERATURAN YANG MENGATUR KEWENANGAN BIDAN

PERMENKES RI NOMOR 1464 /MENKES/PER/X/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan


Pasal 6

Bidan hanya dapat menjalankan Praktik dan atau kerja paling banyak di satu tempat kerja dan satu tempat praktik

BAB III penyelenggaraan Praktik


Pasal 9

Ø  Pelayanan kesehatan ibu

Ø  Pelayanan kesehatan anak

Ø  Pelayanan kesehatan reproduksi pelayanan perempuan dan keluarga berencana.


Pasal 10

Ayat 1:

pelayanan kesehatan ibu meliputi; pelayanan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan

Ayat 2:

pelayanan kesehatan ibu yang meliputi; pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

Ayat 3:

bidan berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, bimbingan IMD dan promosi ASI eksklusif, pemberian uterotonika pada MAK 3 dan post partum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan cuti bersalin


Pasal 11

Ayat 1 :

pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah

Ayat 2 :

Bidan berwenang untuk:

1.        Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal ( 0 – 28 hari ), dan perawatan tali pusat.

2.        Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3.        Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan

4.        Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

5.        Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

6.        Pemberian konseling dan penyuluhan

7.        Pemberian surat keterangan kelahiran,

8.        Pemberian surat keterangan kematian


Pasal 12

Bidan berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana meliputi;

1.        Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2.        Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom


Pasal 13

Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang untuk;

1.          Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2.          Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter

3.          Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4.          Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.

5.          Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah.

6.          Melaksanakan pelayanan bidan komunitas

7.          Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom dan penyakit lainnya.

8.          Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya ( NAPZA ) melalui informasi dan edukasi

9.          Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah

10.          Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap infeksi menular seksua ( IMS ) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan NAPZA hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu


Pasal 14

Ayat 1 :

Bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9.


Pasal 15

Ayat 1 :

pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/ kota menugaskan bidan praktik mandiri tertentu untuk melaksanakan program pemerintah

Ayat 2 :

bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak atas pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota.


Pasal 16

            Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah harus menempatkan bidan dengan pendidikan Diploma III kebidanan, apabila tidak terdapat tenaga Bidan dengan pendidikan D III kebidanan, pemerinta dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan, pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memiliki dokter.


Pasal 20

Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan yang ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik, kecuali bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

Selasa, 17 Mei 2016

hiperemesis gravidarum


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas karena tidak semua orang mengalami, melainkan hanya dapat ditemukan pada wanita hamil. Ciri khas yang paling menonjol yaitu mual dan muntah, dan biasanya terjadi pada pagi hari sehingga biasa disebut dengan “morning sickness”.
Secara etiologi faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum belu diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang telah dikemukakan mulai dari faktor prediposisi, faktor organik, faktor psikologik, hingga faktor endokrin. Penatalaksanaannya pun bertahap bergantung pada manifestasi klinis. Hiperemesis dianggap ringan bila bisa dirawat dirumah dan tidak memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit. Pemberian health education sangatlah penting supaya kondisi fisik maupun psikologis menjadi lebih baik. Bila terjadi dehidrasi tidak sampai berat, nutrisi dapat terpenuhi mengingat ibu hamil sangat perlu asupan nutrisi untuk dirinya maupun janinnya.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada hiperemesis gravidarum ringan.
Tujuan Khusus
- Mengkaji data pasien serta menganalisisnya
- Menegakkan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah klien
- Menyusun rencana tindakan pada ibu hiperemesis gravidarum ringan
- Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan hiperemesis gravidarum ringan
- Mengevaluasi hasil tindakan
1.3 Sistematika Penulisan
I BAB I PENDAHULUAN
II BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
III BAB III TINJAUAN KASUS
IV BAB IV PENUTUP

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
- Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi
(Sinopsis Obstetri 1, 195)
- Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk
(Kapita Selekto 1, 259)
- Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan turun dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung
(Kapita Selekto 1, 259)

II. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan:
1. Primigravida, molatudatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat kenaikan HCG
2. Faktor organik : alergi, masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik
3. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya.
4. Faktor endokrin : hipertyroid, diabetes, progesteron yang menyebabkan pengosongan lambung menurun pada awal kehamilan

III. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokeoremia, penurunan klorida urin selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbulnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis, hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal. Jantung atrofi, kecil di biasanya. Terdapat perdarahan pada otak, terdapat degenerasi lemak pada tubuh kontorfi serta ginjal tampak pucat.

IV. Manifestasi Klinis
1. Tingkat I
Mual dan muntah terus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun, dan rasa nyeri di epigastrum, nadi sekitar 100x permenit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung
2. Tingkat II
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, BB turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligari dan konstipasi dapat pula terjadi asetonuria dan dari nafas keluar bau aseton.
3. Tingkat III
Keadaan umum mulai jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat. Suhu badan naik dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat total terjadi pada susunan saraf pusat (enselopati wernickle) dengan adanya nigtamus, diplopia, perubahan mental.

V. Pemeriksaan Penunjang
Elektrolit darah dan urinalisis

VI. Komplikasi
Enselopati Wernikle dengan gejala nigtamus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus

VII. Diagnosis
Dari anamnesa didapatkan amenore, tanda kehamilan muda, dan muntah terus menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi meningkat sampai 100x permenit, suhu meningkat, tekanan darah menurun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium klorida turun pada pemeriksaan klorida urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton.

VIII. Diagnosis Banding
Muntah karena gostritis, ulkus peptikum, hepatitis, kolesistitus, pielonefritis dan lain-lain.

IX. Penatalaksanaan
1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, jangan makan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Detekasi hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan B6) anti muntah (Mediamer B6, diammamin, avopres, avomin, torecan) antasida dan anti mules

3. Hiperemis tingkat II dan III harus dirawat inap di RS :
- Kadang beberapa wanita, hanya tidur di RS saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya
- Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah
4. Terapi psikologik
Berikan pengertian, bahwa kehamilan adalah hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan taktor psiklogis seperti keadaan sosio ekonomi, pekerjaan serta lingkungan.
5. Penambahan cairan. Berikan infus dextrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 uter dalam 24 jam.
6. Pada beberapa kasus bila therapy tidak dapat cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
A. Data Subjektif
Tgl : 20 Maret 2008 Jam : 09.00 Oleh : Evi Yuli S
1. Identitas

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual muntah setiap di pagi hari 6x sehari sejak seminggu, nafsu makan menurun dan kepala pusing
3. Riwayat Kebidanan
3.1 Riwayat Menstruasi
siklus menstruasi : 30 hari menarche : 14 tahun
lama : 7 hari HPHT : 03-03-2008
warna : merah TP : 10-12-2008
bau : amis
flour albus : tidak ada
3.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
3.3 Riwayat Kehamilan ini/ANC/x :
a. Trimester 1 : ANC 2x di BPS Bunda, TT 1x
b. Trimester 2 : -
c. Trimester 3 : -
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular dan menurun seperti TBC, hepatitis, DM, jantung
b. Riwayat penyakit keluarga atau keturunan
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan menurun seperti TBC, asma, DM, hipertensi, jantung
c. Perilaku Kesehatan
Ibu tidak minum jamu-jamuan, tidak memelihara hewan peliharaan tidak minum-minumani keras dan tidak merokok
5. Riwayat Psikososial
- respon ibu dan keluarga : keluarga menerima baik kehamilannya
- persepsi ibu terhadap respon keluarga : ibu senang dengan sambutan keluarga karena kehamilan ini direncanakan dan diharapkan
- persepsi ibu terhadap kelahiran : ibu mengatakan takut dengan proses kelahiran
- persepsi ibu terhadap lingkungan : ibu senang dengan sambutan-sambutan dan ucapan selamat dengan masyarakat
6. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
sebelum hamil : ibu mengatakan makan sehari 3x dengan porsi sedang (nasi, sayur dan lauk serta buah), air putih ( 8 gelas
selama hamil : ibu mengatakan makan sehari 2x dengan porsi kecil (nasi, sayur dan lauk serta buah), air putih ( 6 gelas
b. Pola eliminasi
sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari tiap pagi, konsistensi lunak, BAK ( 5x sehari warna kuning jernih
selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1x selama 2 hari, konsistensi lunak BAK ( 5x sehari warna kuning jernih
c. Pola aktivitas
sebelum hamil : Ibu mengatakan setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, bersih-bersih
selama hamil : Ibu mengatakan lebih mengurangi aktivitasnya dan banyak beristirahat
d. Pola istirahat atau  tidur
sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur pada malam selama ( 7 jam dan 1 jam pada siang hari
selama hamil : Ibu mengatakan tidur malam ( 6 jam dan siang 2 jam
e. Pola personal hygiene
sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi, mengganti baju 2x sehari, keramas 3x seminggu
selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi, mengganti baju 2x sehari, keramas 2x seminggu


B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Keadaan umum : baik
c. TB/BB : 160 cm/48 kg
d. TTV :
TD : 100/60 mm Hg Nadi  : 100xpermenit
Suhu : 378 oC RR : 20xpermenit
e. BB sebelum hamil : 49 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
kepala : rambut tipis, tidak ada ketombe
muka : tidak ada oedem, pucat, ada cloasma gravidanem
mata : conjungtiva anemis, sklera tidak ikterus
hidung : tidak ada sekret, tidak ada polip
mulut : tidak ada stomatitis, gigi tidak caries, lidah sedikit kering
telinga : simetris, tidak ada secret
leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena jugularis
axila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
dada dan payudara : simetris, putting menonjol, tidak ada pembengkakan
abdomen : tidak ada bekas luka, terdapat linea
vulva : warna pucat, tidak ada pengeluaran, tidak ada oedem + varises
perineum : tidak ada bekas luka jahitan
anus : tidak ada hemoroid
ekstremitas : tidak ada varises dan oedem

b. Palpasi
kepala : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada pembesaran vena jugularis
axial : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
payudara : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada keluaran
abdomen : ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
ektremitas : tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem
c. Auskultasi
dada : pernapasan teratur, tidak ada ronchi dan wheezing, detak jantung teratur
abdomen : bising usus +
d. Perkusi
reflek patela : +
3. Pemeriksaan khusus
ukuran panggul luar
a. Distansia spinanem : 25 cm
b. Distansia cristarum : 28 cm
c. Bodeloque : 18 cm
d. Lingkar panggul : 80 cm
4. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan laboratorium
Hb darah : 7 gr %
Albumen : -


C. Identifikasi Masalah atau Diagnosa
Tgl : 20 Maret 2008
- Diagnosa ; Ny “M” G1 P00000 dengan hiperemesis (pravidarum ringan
- Data Dasar
S : Ibu mengatakan mual dan muntah 4x sehari sejak seminggu yang lalu, pusing dan nafsu makan menurun
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 100/60 mm Hg Suhu : 378 o C
N   : 100xpermenit RR : 20xpermenit
Turgor : kurang
Mata : cekung, conjungtiva anemis
Lidah : kering

D. Antisipasi Diagnosa Potensial
- Nekrosis lobulus hepar
- Degeneratif ginjal
- Polyneuritis

E. Identifikasi Kebutuhan Segera
1. Pemberian cairan infus
2. Pemberian nutrisi sesuai kondisi
3. Pemberian sedativa

F. Intervensi
Hari/tgl : Kamis, 20 Maret 2008
Diagnosa : Ny “M” G1 P00000 dengan hiperemesis gravidarum ringan
Kriteria : 1. Mual dan muntah berkurang
2. Selera makan bertambah
3. Tanda-tanda vital membaik

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan klien
Rasional terjalin kepercayaan dan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan
2. Berikan obat anti muntah
Rasional mual muntah dapat berkurang sehingga kondisi menjadi lebih baik
3. Berikan HE tentang :
1. Makan makanan dalam porsi kecil tetapi sering
2. Menghindari makanan berlemak karena dapat menyebabkan mual
3. Berikan pengertian bahwa mual dan muntah merupakan hal yang fisiologis yang dialami setiap wanita hamil
4. Jangan langsung berdiri di waktu pagi karena akan terasa mual dan muntah
5. Deteksi usahakan teratur
Rasional dengan memberikan HE diharapkan klien memahami dan dapat mengatasi keluhan yang dialami
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasional fungsi independent
7. Berikan tablet Fe sebagai penambah darah
Rasional anemia dapat berkurang dan kondisi semakin membaik

G. Implementasi
Hari/tgl ; Kamis, 20 Maret 2008
Diagnosa : Ny “M” G1 P 00000 dengan Hiperemesis gravidarum ringan
Implementasi
1. Melakukan pendekatan dengan klien
2. Memberikan obat anti muntah
3. Memberikan HE
4. Berkolaborasi dengan dokter  dalam pemberian terapi
5. Memberikan tablet Fe sebagai penambah darah

H. Evaluasi
Tgl : 21 Maret 2008 Jam : 09.00
Diagnosa : Ny “M” G1 P00000 dengan Hiperemesis Gravidarum Ringan.
S : Ibu mengatakan kondisinya sudah lebih baik, mual dan muntah berkurang, tidak pusing dan dapat makan sedikit demi sedikit
O : KU : baik
Kesadaran  : composmentis
TTV : TD : 110/70 mm Hg Suhu  : 37o C
                   N  : 80x/menit RR     : 24x/menit
Turgor : baik
Lidah   : tidak kering
A : Ny  “M” G1 P00000 dengan hiperemesis gravidarum ringan
P : rencana dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari asuhan kebidanan yang telah kami susun, agar pembaca mengetahui mengenai hiperemesis gravidarum ringan, penyebab, gejala dan manifestasi klinis hingga pada penatalaksanaan. Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas untuk kehamilan, karena penyakit ini hanya terdapat pada wanita yang hamil terutama pada wanita yang hamil muda yaitu trimester I.
Sebagian besar wanita dengan hiperemesis gravidarum ringan mengalami penurunan berat badan, mata cekung, konjungtiva anemis, lidah kering dan nyeri epigastrum. Tetapi penatalaksanaan tidak terlalu intensif seperti tingkat II dan III. Rawat jalan atau dirawat di rumah bisa dilakukan dengan pemberian terapi anti muntah serta pengaturan pola makan supaya asupan nutrisi dapat terpenuhi.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Petugas
Meningkatkan peran bidan pada fungsi sebagai pelaksana kebidanan lebih meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang di miliki
4.2.2 Bagi Pembaca
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharap saran yang membangun dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah asuhan kebidanan yang telah kami susun.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaeman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Sastrawijaya, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005.

BAB I
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 
Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas karena tidak semua orang mengalami, melainkan hanya dapat ditemukan pada wanita hamil. Ciri khas yang paling menonjol yaitu mual dan muntah, dan biasanya terjadi pada pagi hari sehingga biasa disebut dengan “morning sickness”. 
Secara etiologi faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum belu diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang telah dikemukakan mulai dari faktor prediposisi, faktor organik, faktor psikologik, hingga faktor endokrin. Penatalaksanaannya pun bertahap bergantung pada manifestasi klinis. Hiperemesis dianggap ringan bila bisa dirawat dirumah dan tidak memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit. Pemberian health education sangatlah penting supaya kondisi fisik maupun psikologis menjadi lebih baik. Bila terjadi dehidrasi tidak sampai berat, nutrisi dapat terpenuhi mengingat ibu hamil sangat perlu asupan nutrisi untuk dirinya maupun janinnya. 

1.2 Tujuan 
Tujuan Umum 
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada hiperemesis gravidarum ringan.
Tujuan Khusus 
- Mengkaji data pasien serta menganalisisnya 
- Menegakkan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah klien 
- Menyusun rencana tindakan pada ibu hiperemesis gravidarum ringan 
- Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan hiperemesis gravidarum ringan 
- Mengevaluasi hasil tindakan 
1.3 Sistematika Penulisan 
I BAB I PENDAHULUAN 
II BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 
III BAB III TINJAUAN KASUS 
IV BAB IV PENUTUP 

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN 

I. Definisi 
- Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi 
(Sinopsis Obstetri 1, 195)
- Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk 
(Kapita Selekto 1, 259)
- Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan turun dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung 
(Kapita Selekto 1, 259)

II. Etiologi 
Belum diketahui secara pasti, faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan:
1. Primigravida, molatudatidosa, diabetes, kehamilan ganda akibat kenaikan HCG 
2. Faktor organik : alergi, masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik 
3. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya.
4. Faktor endokrin : hipertyroid, diabetes, progesteron yang menyebabkan pengosongan lambung menurun pada awal kehamilan 

III. Patofisiologi 
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokeoremia, penurunan klorida urin selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbulnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis, hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal. Jantung atrofi, kecil di biasanya. Terdapat perdarahan pada otak, terdapat degenerasi lemak pada tubuh kontorfi serta ginjal tampak pucat. 

IV. Manifestasi Klinis 
1. Tingkat I
Mual dan muntah terus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun, dan rasa nyeri di epigastrum, nadi sekitar 100x permenit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung
2. Tingkat II
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, BB turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligari dan konstipasi dapat pula terjadi asetonuria dan dari nafas keluar bau aseton.
3. Tingkat III
Keadaan umum mulai jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat. Suhu badan naik dan tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat total terjadi pada susunan saraf pusat (enselopati wernickle) dengan adanya nigtamus, diplopia, perubahan mental. 

V. Pemeriksaan Penunjang 
Elektrolit darah dan urinalisis 

VI. Komplikasi 
Enselopati Wernikle dengan gejala nigtamus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus

VII. Diagnosis 
Dari anamnesa didapatkan amenore, tanda kehamilan muda, dan muntah terus menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi meningkat sampai 100x permenit, suhu meningkat, tekanan darah menurun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit darah ditemukan kadar natrium klorida turun pada pemeriksaan klorida urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton. 

VIII. Diagnosis Banding 
Muntah karena gostritis, ulkus peptikum, hepatitis, kolesistitus, pielonefritis dan lain-lain. 

IX. Penatalaksanaan 
1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, jangan makan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah. Detekasi hendaknya diusahakan teratur. 
2. Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan B6) anti muntah (Mediamer B6, diammamin, avopres, avomin, torecan) antasida dan anti mules

3. Hiperemis tingkat II dan III harus dirawat inap di RS :
- Kadang beberapa wanita, hanya tidur di RS saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya
- Isolasi. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah
4. Terapi psikologik 
Berikan pengertian, bahwa kehamilan adalah hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan taktor psiklogis seperti keadaan sosio ekonomi, pekerjaan serta lingkungan.
5. Penambahan cairan. Berikan infus dextrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 uter dalam 24 jam.
6. Pada beberapa kasus bila therapy tidak dapat cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan. 

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian 
A. Data Subjektif 
Tgl : 20 Maret 2008 Jam : 09.00 Oleh : Evi Yuli S
1. Identitas 
2. Keluhan Utama 
Ibu mengatakan mual muntah setiap di pagi hari 6x sehari sejak seminggu, nafsu makan menurun dan kepala pusing 
3. Riwayat Kebidanan 
3.1 Riwayat Menstruasi 
siklus menstruasi : 30 hari menarche : 14 tahun 
lama : 7 hari HPHT : 03-03-2008
warna : merah TP : 10-12-2008
bau : amis 
flour albus : tidak ada 
3.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu 
3.3 Riwayat Kehamilan ini/ANC/x :
a. Trimester 1 : ANC 2x di BPS Bunda, TT 1x
b. Trimester 2 : -
c. Trimester 3 : -
4. Riwayat Kesehatan 
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita 
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular dan menurun seperti TBC, hepatitis, DM, jantung
b. Riwayat penyakit keluarga atau keturunan 
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan menurun seperti TBC, asma, DM, hipertensi, jantung 
c. Perilaku Kesehatan 
Ibu tidak minum jamu-jamuan, tidak memelihara hewan peliharaan tidak minum-minumani keras dan tidak merokok 
5. Riwayat Psikososial 
- respon ibu dan keluarga : keluarga menerima baik kehamilannya 
- persepsi ibu terhadap respon keluarga : ibu senang dengan sambutan keluarga karena kehamilan ini direncanakan dan diharapkan 
- persepsi ibu terhadap kelahiran : ibu mengatakan takut dengan proses kelahiran 
- persepsi ibu terhadap lingkungan : ibu senang dengan sambutan-sambutan dan ucapan selamat dengan masyarakat
6. Pola kehidupan sehari-hari 
a. Pola nutrisi 
sebelum hamil : ibu mengatakan makan sehari 3x dengan porsi sedang (nasi, sayur dan lauk serta buah), air putih ( 8 gelas 
selama hamil : ibu mengatakan makan sehari 2x dengan porsi kecil (nasi, sayur dan lauk serta buah), air putih ( 6 gelas 
b. Pola eliminasi 
sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari tiap pagi, konsistensi lunak, BAK ( 5x sehari warna kuning jernih 
selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1x selama 2 hari, konsistensi lunak BAK ( 5x sehari warna kuning jernih 
c. Pola aktivitas 
sebelum hamil : Ibu mengatakan setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, bersih-bersih 
selama hamil : Ibu mengatakan lebih mengurangi aktivitasnya dan banyak beristirahat 
d. Pola istirahat atau  tidur 
sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur pada malam selama ( 7 jam dan 1 jam pada siang hari 
selama hamil : Ibu mengatakan tidur malam ( 6 jam dan siang 2 jam 
e. Pola personal hygiene  
sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi, mengganti baju 2x sehari, keramas 3x seminggu
selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi, mengganti baju 2x sehari, keramas 2x seminggu


B. Data Obyektif 
1. Pemeriksaan Umum 
a. Kesadaran : composmentis 
b. Keadaan umum : baik 
c. TB/BB : 160 cm/48 kg 
d. TTV :
TD : 100/60 mm Hg Nadi  : 100xpermenit 
Suhu : 378 oC RR : 20xpermenit 
e. BB sebelum hamil : 49 kg 
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi 
kepala : rambut tipis, tidak ada ketombe 
muka : tidak ada oedem, pucat, ada cloasma gravidanem
mata : conjungtiva anemis, sklera tidak ikterus 
hidung : tidak ada sekret, tidak ada polip 
mulut : tidak ada stomatitis, gigi tidak caries, lidah sedikit kering
telinga : simetris, tidak ada secret 
leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena jugularis 
axila : tidak ada pembesaran kelenjar limfe 
dada dan payudara : simetris, putting menonjol, tidak ada pembengkakan 
abdomen : tidak ada bekas luka, terdapat linea 
vulva : warna pucat, tidak ada pengeluaran, tidak ada oedem + varises
perineum : tidak ada bekas luka jahitan 
anus : tidak ada hemoroid 
ekstremitas : tidak ada varises dan oedem 

b. Palpasi 
kepala : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan 
leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada pembesaran vena jugularis 
axial : tidak ada pembesaran kelenjar limfe 
payudara : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada keluaran 
abdomen : ada nyeri tekan, tidak ada benjolan 
ektremitas : tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem
c. Auskultasi 
dada : pernapasan teratur, tidak ada ronchi dan wheezing, detak jantung teratur 
abdomen : bising usus +
d. Perkusi 
reflek patela : +
3. Pemeriksaan khusus 
ukuran panggul luar 
a. Distansia spinanem : 25 cm 
b. Distansia cristarum : 28 cm 
c. Bodeloque : 18 cm 
d. Lingkar panggul : 80 cm 
4. Pemeriksaan Penunjang 
pemeriksaan laboratorium 
Hb darah : 7 gr %
Albumen : -


C. Identifikasi Masalah atau Diagnosa  
Tgl : 20 Maret 2008
- Diagnosa ; Ny “M” G1 P00000 dengan hiperemesis (pravidarum ringan 
- Data Dasar 
S : Ibu mengatakan mual dan muntah 4x sehari sejak seminggu yang lalu, pusing dan nafsu makan menurun 
O : Keadaan umum : baik 
Kesadaran : composmentis 
TTV : TD : 100/60 mm Hg Suhu : 378 o C
N   : 100xpermenit RR : 20xpermenit
Turgor : kurang 
Mata : cekung, conjungtiva anemis 
Lidah : kering 

D. Antisipasi Diagnosa Potensial 
- Nekrosis lobulus hepar
- Degeneratif ginjal 
- Polyneuritis 

E. Identifikasi Kebutuhan Segera 
1. Pemberian cairan infus 
2. Pemberian nutrisi sesuai kondisi 
3. Pemberian sedativa 

F. Intervensi 
Hari/tgl : Kamis, 20 Maret 2008
Diagnosa : Ny “M” G1 P00000 dengan hiperemesis gravidarum ringan 
Kriteria : 1. Mual dan muntah berkurang 
2. Selera makan bertambah 
3. Tanda-tanda vital membaik 

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dengan klien 
Rasional terjalin kepercayaan dan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan 
2. Berikan obat anti muntah 
Rasional mual muntah dapat berkurang sehingga kondisi menjadi lebih baik 
3. Berikan HE tentang :
1. Makan makanan dalam porsi kecil tetapi sering 
2. Menghindari makanan berlemak karena dapat menyebabkan mual
3. Berikan pengertian bahwa mual dan muntah merupakan hal yang fisiologis yang dialami setiap wanita hamil
4. Jangan langsung berdiri di waktu pagi karena akan terasa mual dan muntah 
5. Deteksi usahakan teratur 
Rasional dengan memberikan HE diharapkan klien memahami dan dapat mengatasi keluhan yang dialami 
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi 
Rasional fungsi independent 
7. Berikan tablet Fe sebagai penambah darah 
Rasional anemia dapat berkurang dan kondisi semakin membaik 

G. Implementasi 
Hari/tgl ; Kamis, 20 Maret 2008
Diagnosa : Ny “M” G1 P 00000 dengan Hiperemesis gravidarum ringan 
Implementasi 
1. Melakukan pendekatan dengan klien 
2. Memberikan obat anti muntah 
3. Memberikan HE
4. Berkolaborasi dengan dokter  dalam pemberian terapi 
5. Memberikan tablet Fe sebagai penambah darah 

H. Evaluasi 
Tgl : 21 Maret 2008 Jam : 09.00
Diagnosa : Ny “M” G1 P00000 dengan Hiperemesis Gravidarum Ringan. 
S : Ibu mengatakan kondisinya sudah lebih baik, mual dan muntah berkurang, tidak pusing dan dapat makan sedikit demi sedikit 
O : KU : baik 
Kesadaran  : composmentis 
TTV : TD : 110/70 mm Hg Suhu  : 37o C
                   N  : 80x/menit RR     : 24x/menit 
Turgor : baik
Lidah   : tidak kering 
A : Ny  “M” G1 P00000 dengan hiperemesis gravidarum ringan 
P : rencana dilanjutkan 

BAB IV
PENUTUP 

4.1 Kesimpulan 
Dari asuhan kebidanan yang telah kami susun, agar pembaca mengetahui mengenai hiperemesis gravidarum ringan, penyebab, gejala dan manifestasi klinis hingga pada penatalaksanaan. Hiperemesis gravidarum merupakan penyakit yang khas untuk kehamilan, karena penyakit ini hanya terdapat pada wanita yang hamil terutama pada wanita yang hamil muda yaitu trimester I.
Sebagian besar wanita dengan hiperemesis gravidarum ringan mengalami penurunan berat badan, mata cekung, konjungtiva anemis, lidah kering dan nyeri epigastrum. Tetapi penatalaksanaan tidak terlalu intensif seperti tingkat II dan III. Rawat jalan atau dirawat di rumah bisa dilakukan dengan pemberian terapi anti muntah serta pengaturan pola makan supaya asupan nutrisi dapat terpenuhi.

4.2 Saran 
4.2.1 Bagi Petugas 
Meningkatkan peran bidan pada fungsi sebagai pelaksana kebidanan lebih meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang di miliki 
4.2.2 Bagi Pembaca 
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharap saran yang membangun dari pembaca sebagai penyempurna dari makalah asuhan kebidanan yang telah kami susun. 

DAFTAR PUSTAKA 

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaeman. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Sastrawijaya, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elstar Offset.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005.