Minggu, 24 April 2016

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Pengertian
  • Pengertian Anemia Secara Umum
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang dari 13,5 g/dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa (Hoffbrand, 2005).
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang  tidak hamil (Cunningham, 2012).

  • Pengertian Anemia Dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi  dimana kadar Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin, 2009).
Anemia untuk wanita hamil apabila Hb kurang dari 10,0 gram per desiliter (Varney, 2007).

  1. Etiologi Anemia
Menurut Manuaba (2007) penyebab anemia pada kehamilan adalah:
  • Kekurangan asupan zat besi
Kecukupan akan zat besi tidak hanya dilihat dari konsumsi makanan sumber zat besi tetapi juga tergantung variasi penyerapannya. Yang membentuk 90% Fe pada makanan non daging (seperti biji-bijian, sayur, telur, buah) tidak mudah diserap tubuh.
  • Peningkatan kebutuhan fisiologis
Kebutuhan akan Fe meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan ibu, janin, dan plasenta serta untuk menggatikan kehilangan darah saat persalinan.
  • Kebutuhan yang berlebihan
Bagi ibu yang sering mengalami kehamilan (multiparitas),  kehamilan kembar, riwayat anemia maupun perdarahan pada kehamilan sebelumnya membutuhkan pemenuhan zat besi yang lebih banyak.
  • Malabsorbsi
Gangguan penyerapan zat besi pada usus dapat menyebabkan pemenuhan zat besi pada ibu hamil terganggu.
  • Kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, operasi, perdarahan akibat infeksi kronis misalnya cacingan)

  1. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
  • Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya proses pembentukan sel darah merah akibat kurangnya zat besi dalam darah (Wirakusumah, 2006).     Pada ibu hamil konsentrasi  hemoglobin <11,0 g/dl di trimester pertama, <10,5 g/dl di trimester kedua, dan <11,0 g/dl di trimester ketiga. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi atau ketidakadekuatan absorbsi zat besi (Robson, 2011). Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan, antara lain sebagai berikut:
  1. Meningkatnya Sel Darah Ibu             500 mg Fe
    1. Terdapat dalam Plasenta           300 mg Fe
  2. Untuk Darah Janin                    100 mg Fe   +
Jumlah:                            900 mg Fe
(Manuaba, 2010).
Jumlah zat besi fungsional di dalam tubuh dan konsentrasi protein Hb yang mengandung zat besi yang bersikulasi di dalam sel darah merah diukur dengan dua uji darah sederhana yakni konsentrasi Hb dan hematokrit, dan konsentrasi feritin serum (Robson, 2011). Pada pemeriksaan darah seseorang pertama kali dicurigai menderita anemia defisieni besi jika pemeriksaan hitung darah lengkap rutin menunjukkan kadar Hb yang rendah. Pada pemeriksaan apusan darah bisa menunjukkan sel darah merah lebih kecil dan lebih pucat dari normal maupun sel darah merah yang bervariaasi dalam ukuran dan bentuk (Bothamley, 2011).
  • Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat dan juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin) (Saifuddin, 2009).
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan peningkatan MCV mengindikasikan terjadinya anemia megaloblastik (Bothamley, 2011).
  • Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi (Hoffbrand,2005).

  • Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah merah lebih cepat dari pembuatannya.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi pada organ-organ vital.
(Hoffbrand, 2005).

  1. Penilaian Klinis Anemia
  • Tanda-tanda Klinis
  • Letih, sering mengantuk, malaise.
  • Pusing, lemah.
  • Nyeri kepala.
  • Luka pada lidah.
  • Kulit pucat.
  • Membran mukosa pucat (misal konjungtiva).
  • Bantalan kuku pucat.
  • Tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
(Varney, 2007).
  • Diagnosis
Diagnosis anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan dilakukannya  anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah hebat pada hamil muda .
Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa anemia menurut Aziz (2006):
  • Anamnesa
  • Riwayat nutrisi.
  • Latar belakang geografis.
  • Gejala dan keluhan pada penderita.
  • Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda anemia, serta yang mendasari penyakit-penyakit tertentu penyebab anemia.
  • Pemeriksan hematologik dasar untuk pemeriksaan kadar Hb.
Derajat anemia ibu hamil menurut Manuaba (2010) :
  • Normal > 11 gr%
  • Anemia ringan 9-10 gr%
  • Anemia sedang 7-8 gr%
  • Anemia berat < 7 gr%
  • Prognosis
  • Bahaya anemia terhadap kehamilan :
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). Anemia pada trimester tiga meningkatkan resiko buruknya pemulihan akibat kehilangan darah saat persalinan, begitu juga takikardi,napas pendek dan keletihan maternal (Robson, 2011).
  • Bahaya anemia terhadap janin:
Anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah (Manuaba, 2010).
  1. Patofisiologi
Menurut Saifuddin (2009), anemia dalam kehamilan dapat terjadi karena peningkatan  volume plasma darah yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah menurun dan darah menjadi encer, inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menurun. Pengenceran darah yang terjadi ini memiliki manfaat yaitu meringankan kerja jantung dalam memompa darah dan mencegah terjadinya kehilangan unsur besi yang berlebih saat persalinan.
Penurunan konsentrasi sel darah merah ini harus disertai pemenuhan gizi yang cukup terutama kebutuhan akan zat besi. Hal ini untuk mencegah terjadinya anemia yang lebih lanjut dimana kadar hb dibawah 10,5 gr/dl.

  1. Penanganan Anemia dalam Kehamilan
Penatalaksanaan dan asuhan medis terhadap anemia yaitu:
1) Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica, kebiasaan mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-makanan tertentu dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang tepat (Robson, 2011).
2) Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah ada keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam), apabila tidak ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat dilanjutkan hingga anemia terkoreksi (Robson, 2011)
3) Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya pasien tidak kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per IM atau per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi (Robson, 2011).
4) Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Wanita hamil dengan anemia sedang yang secara hemodinamis stabil, dapat beraktifitas tanpa menunjukan gejala menyimpang dan tidak septik, transfusi darah tidak diindikasikan, tetapi diberi terapi besi selama setidaknya 3 bulan (Cunningham, 2013)
5) Evaluasi pemberian terapi dengan cara pemantauan kadar Hb dapat dilakukan 3-7 hari setelah hari pertama pemberian dosis sulfat ferosa (retikulosit meningkat mulai hari ketiga dan mencapai puncaknya pada hari ketujuh). Sedangkan pemantauan kadar Hb pada pasien yang mendapat terapi transfusi dilakukan minimal 6 jam setelah transfuse (Yan, 2011).
Tabel 2.1 Tabel Transfusi Darah untuk Penatalaksanaan Anemia
SUBSTANSI URAIAN CATATAN
Darah Lengkap (Whole blood)



Packed cells
(Packed red blood cells)
Produk darah mengandung komponen darah normal, 1 unit setara dengan 500ml.

Produk darah, mengandung eritrosit dan 20% plasma tanpa faktor pembeku, 1 unit setara 250-300 ml.
1 unit diberikan dala 2-4 jam. Butuh waktu 12-24 jam untuk Hb dan Ht mencapai keseimbangan. Waspadai reaksi transfusi dan kelebihan cairan.
Diberikan dalam kecepatan yang lebih lambat daripada darah lengkap. Waspadai reaksi transfusi.
Sumber: Saiffudin, 2009
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tatalaksana anemia:
  • Pengobatan hendaknya berdasarakan diagnosis definitif.
  • Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan.
  • Pengobatan anemia dapat berupa :
  • Terapi untuk kedaan darurat misalnya anemia berat.
  • Terapi suportif.
  • Terapi khas untuk masing-masing anemia.
  • Terapi kausal.
    • Terapi percobaan untuk diagnosa definitif yang tidak dapat ditegakkan (perlu pemantauan terhadap kondisi pasien dan perjalanan penyakitnya).
(Handayani dkk, 2008)
Pemberian vitamin zat besi ini dimulai dengan memberikan satu tablet per hari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tablet zat besi ini sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2009).
Terapi pemberian zat besi dapat menimbulkan efek samping seperti mual, feses berwarna kehitaman dan konstipasi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien (Varney, 2007)
Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat besi, sedangkan kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat (terkandung dalam kacang-kacangan) akan menghambat penyerapan zat besi. Ibu hamil perlu diberikan konseling mengenai makanan yang banyak mengandung zat besi dan cara pengolahannya. Beberapa contoh makanan yang kaya zat besi adalah: daging sapi, ayam, sarden, roti gandum, kapri, buncis panggang, kacang merah, sayuran berdaun, brokoli, daun bawang, bayam, buah-buahan kering, dan telur (Sulistyawati, 2009).
  1. Pencegahan Anemia Kehamilan
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) (Proverawati, 2011).  Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis 60mg setiap harinya (Sulistyawati, 2009).

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar