Selasa, 19 April 2016

Pelayanan KB suntik 3 bulan


BAB I
PENDAHLUAN
1.1         Latar Belakang
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan, dan dapat dipakai pada pascapersalinan (Manuaba,2010).
Tingginya minat pemakai suntikan KB di Indonesia dapat dilihat dari evaluasi hasil pencapaian program keluarga berencana nasional. Jumlah peserta baru KB suntik di Jawa Timur pada Tahun 2011 mencapai 695.296 peserta atau sudah melebihi target yang telah ditentukan yaitu sebesar 662.100 peserta. Sedangkan di Surabaya sendiri jumlah peserta baru KB suntik pada ahun 2011mencapai 52.118 peserta atau 60,61% dari seluruh metode kontrasepsi. Ini menunjukkan bahwa alat kontrasepsi suntik masih menjadi favorit masyarakat di Indonesia termasuk di Surabaya. (BKKBN, 2011).
Namun, masih banyak penggunaan alat kontrasepsi suntik yang salah atau tidak memperhatikan aspek-aspek penting kontrasepsi suntik sehingga masih ada kejadian kehamilan/komplikasi tidak tertangani pada akseptor KB suntik . Selain itu juga masih banyak kejadian drop out pada akseptor KB, terutama KB progestin, akibat adanya efek samping yang tidak dimengerti oleh akseptor. Hal ini dapat diperbaiki dengan pemberian edukasi, konseling, dan peningkatan keterampilan penyedia layanan, yang juga dapat meningkatkan penerimaan akseptor terhadap alat kontrasepsi (Wulansari, Pita & Huriawati Hartanto, 2006).
Oleh karena itu dibutuhkan asuhan kebidanan dan konseling yang tepat untuk meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dari pemakaian kontrasepsiterutama kontrasepsi suntik progestin.

1.2         Tujuan
1.2.1   Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik progestin.
1.2.2   Tujuan Khusus
Mahasiwa dapat :
1.        Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada akseptor KB suntik progestin.
2.        Menetapkan diagnosa dan masalah berdasarkan data yang diperoleh.
3.        Menyusun rencana asuhan yang akan diberikan kepada akseptor KB suntik progestin.
4.        Melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah disusun.
5.        Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.SUNTIK 3 BULAN
2.1 Pengertian
            Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap12 minggu (Varney, 2006).
2.2 Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2004) :
            a. Primer : Mencegah ovulasi
            Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA,endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi,tetapi perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA berakhir.
            b. Sekunder
1). Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa.
2). Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
3). Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam tuba falopi
2.3 Efektivitas
DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar intragluteal (Baziad, 2002).
2.4 Kelebihan
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak mempengaruhi ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
2.5 Keterbatasan
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B dan virus HIV.
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
2.6 Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.
2.7 Kontra Indikasi
Menurut BKKBN (2003), kontra indikasi pada pengguna suntik DMPA yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
2.8  Waktu Mulai Menggunakan
Menurut Saifuddin (2003), waktu mulai menggunakan kontrasepsi DMPA
yaitu :
a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya.
e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
2.9 Cara Penggunaan
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2003) :
a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi etil/
isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.
2.10 Efek Samping
Efek samping yang sering ditemukan menurut Baziad (2002) :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting, menorarghia, metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.
EFEK SAMPING GANGGUAN HAID
1. Gejala Gangguan Haid
a. Tidak mengalami haid (amenore)
Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan masa remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens atau belum menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan amenore sekunder bila wanita sudah mengalami menstruasi namun kemudian tidak mengalami menstruasi dalam waktu 3-6 bulan (Varney, 2006).

b. Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2001).
c. Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia)
Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi, istilah metroragi digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut (Varney, 2006).
d. Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada biasanya
(menorarghia)
Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah apabila tiga sampai empat pembalut sudah penuh selama empat jam. Jumlah kehilangan darah yang dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc sejak penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-an dan setiap perdarahan yang lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal, seperti yang dikatakan oleh Engstrom, bahwa batas 8 cc merupakan ukuran standar untuk menetapkan menoragi (Varney, 2006).
2. Penyebab Gangguan Haid
Secara umum semua gangguan haid disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan.Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium (Depkes, 1999).
Penyebab amenore primer umumnya lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik sedangkan amenore sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang timbul dalam kehidupan wanita seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, penyakit infeksi dan lain-lain. Metroragi dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional. Bila penyebab menoragi dan metroragi adalah neoplasma, gangguan pembekuan darah, penyakit kronis atau kelainan ginekologik, klien perlu dirujuk ke spesialis (Varney, 2006).
3. Penatalaksanaan
a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
1). Jelaskan sebab terjadinya.
2). Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu :
a). Amenore
Amenore bila tidak hamil tidak perlu dilakukan tindakan apapun,
cukup konseling dengan menjelaskan bahwa haid terkumpul dalam
rahim dan beri nasihat untuk kembali ke klinik (Saifuddin, 2003).
b). Spooting
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2001). Sebagian wanita yang mengalami perdarahan bercak menemukan bahwa keluhan ini membaik dengan sendirinya, biasanya pada suntikan
keempat (Everett, 2007).
c). Metrorarghia
Memberikan konseling pada akseptor bahwa perdarahan diluar siklus haid merupakan efek samping kontrasepsi suntik yang dipakai dan jenis perdarahan ini tidak berbahaya meskipun berlangsung sampai beberapa minggu (Saifuddin, 2003).
d). Menorarghia
Perdarahan banyak atau memanjang lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak dari haid biasanya, jelaskan hal itu biasa ditemukan pada bulan pertama suntikan (Saifuddin, 2003).
3). Motivasi agar tetap memakai suntikan (Depkes,1999).
b. Tindakan Medis
1). Amenore
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan, bila tidak terjadi perdarahan juga rujuk ke klinik. Bila klien tidak menerima gangguan tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian kontrasepsi yang lain. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan jelaskan bahwa hormone progestin
tidak akan menimbulkan kelainan (Saifuddin, 2003).
2). Spotting dan metrorarghia
Bila ringan atau tidak terlalu menganggu tidak perlu diberi obat. Bila cukup mengganggu dapat diberikan pil KB 3x1 tablet selama 7 hari (Depkes, 1999). 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 μg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau obat sejenis lain (Saifuddin, 2003).
3). Menorarghia
           Bila terjadi perdarahan banyak selama penyuntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari. Untuk mencegah anemia perlu preparat besi atau makanan yang mengandung banyak zat besi (Saifuddin, 2003). Diberi tablet sulfas ferosus (Fe) 3x1 tablet antara 5-7 hari sampai keadaan membaik (Depkes, 1999).
2.11  Penanganan Gangguan Haid
1.        Amenorea
a.    Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup konseling saja
b.    Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.
2.        Perdarahan
a.    Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya
b.    Bila perdarahan/spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah penyebab perdarahantersebut dengan cara yang sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan apakah klien masih ingin melanjutkan suntikan, dan bila tidak , suntikan jangan dilanjutkan lagi dan carikan kontrasepsi jenis lain.
c.    Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan
d.   Perdarahan banyak atau memanjang(lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal). Jelaskan bahwa perdarahan yang banyak atau memanjang tersebut biasa ditemukan pada bulan pertama suntikan
e.    Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila ditemukan kelainan ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk
f.     Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi.

Tabel 1.1 Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus
Keadaan
Anjuran
Penyakit hati akut
Penyakit jantung
Stroke
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan


2.12   Instruksi bagi Klien
Klien harus kembali  ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk noristerat.

Tabel 2.2 Penanganan Efek Samping yang Sering Dijumpai
Efek samping
penanganan
Amenorea (tidak terjadi perdarahan)












Perdarahan/perdarahan bercak(spotting)















Meningkatnya / menurunya berat badan
-    Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk kembali ke klinik
-    Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan menimbulkan kelainan pada janin
-    Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk kilen segera
-    Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
-   Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.
-   1 siklus pil kontrasepsi kombinasi ( 30-35 µg etinil-estradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat jenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinil-estradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
-   Informasikan bahwa kenaikan / penuruna berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi jenis suntikan yang berisi hormone progesteron saja dan tidak mengandung hormon estrogen, dosis yang diberikan adalah 150 mg/ml secara intramuskuler setiap 12 minggu. Mekanisme kerja dari KB suntik 3 bulan adalah mencegah ovulasi, membuat lendir servik menjadi kental, membuat endometrium kurang baik untuk implantasi dan mempengaruhi kecepatan transpotasi ovum didalam tuba fallopi. Efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan haid, penambahan berat badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan vagina kering. Dari beberapa efek samping tersebut yang paling sering dialami oleh akseptor adalah gangguan haid. Gejala gangguan haid yang terjadi antara lain tidak mengalami haid (amenorea), perdarahan berupa bercak-bercak (spotting), perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya (menorarghia).

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono
BKKBN. 2003. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN
BKKBN. 2007. Buletin Program KB Nasional No.2 Tahun 2007
BKKBN.2008.Penduduk Indonesia bertambah 3 Juta setiap tahun.
Depkes RI. 1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping/ Komplikasi Kontrasepsi.
Jakarta : Depkes RI
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Novianto, 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Bringin55
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
YBP-Sarwono P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar