Selasa, 26 April 2016

ASUHAN NEONATUS , BAYI , & ANAK BALITA NORMAL DAN ABNORMAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Masa neonatal masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram. Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.
Bayi Baru Lahir adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan. Periode neonatal adalah periode yang sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup,bahkan kematian .misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang.
Pada dasarnya perkembangan abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata, misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan dalam perkembangan abnormal.
2.    Rumusan Masalah 
  1.   Apa yang dimaksud dengan Neonatus Normal ?
  2.   Apa  Tanda-Tanda Neonatus Normal ?
  3.   Bagaimana Penanganan Neonatus Normal ?
  4.   Bagaimana Asuhan kebidanan pada BBL Normal ?
  5.   Apa yang dimaksud dengan perkembangan Neonatus abnormal ?
  6.   Apa saja macam-macam dari perkembangan Neonatus abnormal ?
  7.   Bagaimana cara menangani masalah perkembangan Neonatus abnormal ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    NEONATUS  NORMAL
1.    Pengertian Bayi Normal
  •   Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama  kelahiran.
  •   Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
  •   Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
  • Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
  •   Bayi baru lahir umur 0 - 4 minggu sesudah lahir. Terjadi penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainya. Berat badan dapat turun sampai 10 % pada minggu pertama kahidupan yang dicapai lagi pada hari ke empat belas.  (FKUI,  2005).
  •   Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari., selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al, 1998). Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008).
2.    Tanda-Tanda Neonatus Normal
Menurut Prawiroharjo, sarwono. 2002
a. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit.
b. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan intercostals, serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit.
c. Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar Score).
d. Berat badan 2500 gram- 4000 gram.
e. Panjang badan lahir 48-52 cm.
f. Lingkar kepala 33-35cm.
g. Lingkar dada 30-38 cm.
h. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
i. Reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.
j.Grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas telapak tangan, bayi akan mengengam.
k.Genatalia : labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada perempuan).
l. Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki).
m.Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.mekonium bewarna coklat kehijauan.

3.    Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Mochtar, Rustam. 1998
a)    Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar dengan pembersihan mulut, hidung, dan mata dengan kapas atau kasa steril.
b)     Jam lahir dicatat dengan stop-watch.
c)    Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar.
d)    Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptik kemudian dijepit dengan klem jepit plastik atau diikat dengan pita atau benang tali pusat.
e)    Segera setelah lahir, bayi yang sehat akan menangis kuat, bernapas, serta menggerakkan tangan dan kakinya, kulit akan bewarna kemerahan.
f)    Bayi dimandikan dan dibersihkan dengan air hangat-hangat kuku dari lumuran darah, air ketuban, mekonium, dan vernik kaseosa. Adapula yang membersihkannya dengan minyak kelapa atau minyak zaitun.
g)    Jangan lupa menilai bayi dengan nilai Apgar.
h)    Bayi ditimbang berat badanya dan diukur panjang badan lahirnya kemudian dicatat dalam status.
i)    Perawatan mata bayi : mata bayi dibersihkan, kemudian diberikan obat untuk mencegah Blenorrhoe.
j)     Diperiksa juga anus, genetalia eksterna, dan jenis kelamin pada bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada femosis dan apakah descensus testiculorum telah lengkap. Di beberapa Negara barat, pada bayi laki-laki segera dilakukan sirkumsisi, apalagi jika terdapat fimosis.
k)    Apgar Score
•    Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5        variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
•    Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)  
SKOR APGAR
TANDA    0    1    2
Appearance    Biru,pucat    Badan pucat,tungkai biru    Semuanya merah muda
Pulse    Tidak teraba    < 100    > 100
Grimace    Tidak ada    Lambat    Menangis kuat
Activity    Lemas/lumpuh    Gerakan sedikit/fleksi tungkai    Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
Respiratory    Tidak ada    Lambat, tidak teratur    Baik, menangis kuat
Penilaian
  1. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
  2. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi
  3. Nilai 0 – 3  menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
4.    Asuhan Kebidanan pada BBL Normal
a.    Cara memotong tali pusat
•    Menjepit tali dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke – 2 dengan jarak 2 cm dari klem.
•    Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
•    Mengikat tali pusat dengan jarak kurang lebih dari umbilikus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5 %.
•    Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya kepada ibu.
b.    Mempertahaankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi
•    Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela / pintu yang telah terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak mempeerlihatkan  dari gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
•    Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup diatas dad ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
•    Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan kurang lebih 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL beresiko yang berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu menghisap ASI dengan baik.
•    Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu melalui radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi.

B.    NEONATUS ABNORMAL
1.    Pengertian
    Perkembangan abnormal adalah permasalahan anak yang mengalami gangguan perkembangan dan mempunyai kesulitan untuk berkembang secara optimal, padahal disisi lainnya anak bisa berkembang secara normal dan sangat cerdas diatas rata-rata, oleh karena itu orang tua harus menyadari hal ini sejak dini.
Bagian-bagian yang biasanya tidak berkembang pada umumnya adalah gerakan fisik (koordinasi), pola geraknya terganggu, perilaku (psikis) terganggu, visual motoriknya terganggu, proses auditorinya terganggu, sehingga pemahaman bahasa terhambat, persepsi dan motorik yang berhubungan langsung dengan sensori (pemberi respon).
Bila hal ini terjadi, anak akan menunjukkan reaksi tertentu, misalnya cepat marah, cepat frustasi, kurang berani menghadapi permasalahan dan sulit untuk menghadapi masalah, hanya senang memulai sesuatu, tapi malas untuk menyelesaikannya, sulit mengekspresikan dirinya atau yang difikirkannya secara verbal, sulit berkonsentrasi, cepat teralihkan perhatiannya kepada hal lain, agresif dan mudah menangis.
Penyebab keterlambatan perkembangan pada anak  adalah adanya faktor keturunan/genetik, adanya gangguan metabolisme pada anak, adanya infeksi yang dialami anak pada waktu bayi, dan ibu terkena infeksi pada masa kehamilan.
2.    Macam-Macam  Perkembangan Abnormal
a.    Impairment
Impairment adalah suatu kehilangan atau keadaan abnormalitas dari psikis atau fisik baik struktur atau fungsinya. Termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan mata yaitu buta keseluruhan maupun sebagian, gangguan pendengaran baik yang suka mendengar maupun tuli, gangguan bicara atau tuna wicara, dan lumpuh atau tuna garahita.
b.    Disability
Disability adalah suatu hambatan atau gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan aktifitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang normal sebagai akibat dari impairment.
c.    Handicaped
Handicaped adalah suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairment dan disability. Kerugian ini dapat timbul dari dirinya sendiri (intrinsink handicapped) dan dapat pula timbul dari lingkungan (Extrinsik handicapped).
Jadi, contoh dari Impairment Disability Handicaped adalah jika seorang anak yang menjadi buta karena kekurangan Vitamin A, Impairmentnya adalah buta, Disability adalah kehilangan kemampuan untuk melihat, Handicapednya adalah kehilangan kemampuan bekerja yang menggunakan mata.
Penyebab dari keadaan cacat dapat berasal dari kelainan bawaan (genetik) sehingga merupakan penyakit keturunan yang diwariskan dari orang tua dan dapat pula berasal dari perjalanan kehidupannya setelah lahir (acquired). Menurut WHO penyebab terjadinya kecacatan tidak hanya dari genetik tetapi juga kecanduan obat, alkohol dan lain-lainnya.
Pada dasarnya orang yang menderita cacat fisik bawaan akan lebih mudah menghadapi kenyataan hidup karena sudah terbiasa sejak dia lahir, dan orang yang memperoleh cacat setelah lahir akan dapat mudah terkena stres atau bahkan akan berakibat pada shock berat. Hal ini disebabkan karena kesempurnaan fisik menjadi penting bagi daya tarik dirinya dalam pergaulan sosial sehingga kecacatan menjadi konsep penting bagi dirinya.
d.      Fiksasi
Fiksasi adalah perkembangan abnormal yang berhenti pada satu tahap perkembangan karena menganggap tahap berikutnya penuh kecemasan.  Penyebab fiksasi bisa dua kemungkinan, pertama karena seseorang sangat nyaman (nikmat) di suatu fase, segala sesuatunya dipenuhi sehingga ia tidak rela meninggalkan fase itu. Penyebab yang kedua karena seseorang mengalami sesuatu yang sangat menyakitkan di suatu fase sehingga ia tidak matang atau tidak berani untuk melangkah ke fase berikutnya. Misalnya anak yang sangat tergantung pada orang lain, kecemasan menghambat untuk mandiri.  Orang yang sudah berusia 33 tahun tetapi ia masih bergaya seperti anak remaja, dapat disebutkan bahwa orang itu mengalami fiksasi atau keasyikan di suatu fase (yaitu fase remaja) sehingga ia tidak mau melangkah ke fase berikutnya (yaitu fase dewasa).
e.     Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Autisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2003 menyatakan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu (2003:77). Definisi tersebut didukung dengan pendapat Peeters yang menyatakan bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau pervasif, dan bukan suatu bentuk penyakit mental (2004:14).
Adapun ganggguan kualitatif dalam berkomunikasi pada anak autis menurut Peeters ditunjukkan oleh paling sedikit salah satu dari keadaan berikut :
o    Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gesture atau mimik muka sebagai alternatif dalam berkomunikasi).
o    Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana.
o    Penggunaan bahasa yang repetitive (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh).
o    Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Berikut ini bagan perbedaan antara perilaku bayi autisme dan bayi normal yang dikemukakan oleh Bambang Hartono dkk. dalam Sultana M.H. Faradz dkk (2002:107).
Bayi Autisme    Bayi Normal
Komunikasi    Komunikasi

Tidak ada kontak mata.
 “Menyelidiki” wajah ibunya.
  Seperti tuli.
  Gampang bereaksi terhadap bunyi.
  Pada awalnya bahasa berkembang lalu mendadak berhenti.
  Kamus kata dan kemampuan    gramatikalnya bertambah.

Hubungan sosial    Hubungan sosial

 Tak peduli terhadap orang yang datang maupun pergi.     Menangis bila ibunya pergi dan “stres”.
 Melakukan serangan fisik tanpa sebab yang jelas.     Marah bila lapar dan kecewa.
 Sulit diajak kontak.     Mengenal wajah yang telah akrab lalu tersenyum.
Kemampuan dalam bereaksi terhadap lingkungan    Kemampuan dalam bereaksi terhadap lingkungan
 Selalu terpaku pada satu aktivitas.     Berpindah dari kegiatan satu ke lainnya.
 Melakukan gerakan aneh seperti menggoyang-goyang benda berulang-ulang.     Menggunakan anggota tubuhnya secara bermakna, seperti meraih objek atau mendapatkan benda.
 Menghisap atau menjilat boneka.     Bermain dengan boneka.

 Seperti tidak sensitif terhadap nyeri.     Mencari kepuasan dan menghindari nyeri.

f.    Hiperaktif
Hiperaktif adalah perkembangan abnormal yang disebabkan kerusakan kecil pada system syaraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.
Adapun ciri-ciri anak Hiperaktif sebagai berikut:
o    Tidak Fokus
Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak biasa berkonsentrasi lebih dari lima menit, dengan kata lain dia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatianya kepada hal lain. Misalnya, ketika anak sedang bermain mobil-mobilan kemudian datang anak lain yang membawa bola, anak akan langsung mengubah fokus perhatiannya kepada bola tersebut.
o    Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari kesana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya bisa ditunjukan dengan sikap cuek.
o    Distruktif
Perilakunya bersifat distruktif atau merusak, ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikan lego itu hingga tersusun rapih. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikanya malah menghancurkan mainan lego tersebut.
o    Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukan sikap yang lelah. Sepanjang hari ia akan bergerak kesana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya. Hal inilah yang sering membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni anaknya.
o    Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan yang jelas. Kalau anak aktif  ketika naik ke kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai superman. Anak hiperaktif melakukanya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
o    Tidak sabar dan usil
Anak hiperaktif juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. Ketika dia sedang bermain mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa berkata-kata. Tak hanya itu anak hiperaktif pun sering kali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal itu.
o    Intelektualitas rendah
Sering kali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga dia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreativitasnya.
g.       Sindrom
Dalam ilmu kedokteran dan psikologi, sindrom adalah kumpulan dari beberapa ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering muncul bersamaan. Kumpulan ini dapat meyakinkan dokter dalam menegakkan diagnosa.
Istilah sindrom dapat digunakan hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala, bukan diagnosa. Namun kadang-kadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit, seperti Sindrom Down.
Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan Mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah Sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
3.    Penanganan Perkembangan Abnormal
a.    Untuk menangani dan mencegah Impairment, Disability, dan Handicaped diantaranya adalah :
o    Seorang ibu hamil harus menjaga kesehatan kandungan agar bayi yang lahir tidak cacat.
o    Makan makanan yang sehat dan seimbang untuk menghindari kegemukan dan tubuh terlalu kurus saat hamil, pada kebanyakan orang gemuk berpeluang untuk melahirkan bayi prematur atau cacat bawaan.
o    Menggunakan alat bantu untuk membantu dalam beraktivitas.
o    Melakukan pengobatan pada kelainan tertentu.
b.    Untuk menghadapi anak yang mengalami Fiksasi di fase remaja diantaranya adalah :
o    Orang tua harus mendekati anaknya dengan gaya dewasa. Cara pendekatan yang dilakukan orangtua pada waktu berkomunikasi dengan anak akan sangat menentukan bagaimana anak memandang dirinya. Jika cara yang dilakukan adalah dengan otoriter maka anak akan memberontak.
o    Meningkatkan ''kesadaran diri'' sehingga anak yang mengalami fiksasi bisa mengenali kelebihan dan kelemahan dirinya dengan teliti. Untuk meningkatkan kesadaran diri ini, maka orangtua diharapkan sering mengajak anak untuk melihat keadaan diri dia secara objektif. Apa kelemahan-kelemahan dia yang harus ditingkatkan serta apa keunggulan-keunggulan yang sudah dapat ia wujudkan.
o    Orang tua tidak terlalu memanjakan anaknya. Orangtua diharapkan tega melihat anaknya menghadapi masalah.
o    Sangat penting memacu keberanian anak untuk berani mengambil resiko dalam kehidupan, baik dalam hal berumah tangga, mencari nafkah, maupun yang lainnya.
c.    Dalam menjalin komunikasi dengan penyandang Autisme, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
o    Keteraturan melakukan suatu kegiatan berdasar tempat dan waktu yang sama setiap harinya.
o    Menghadirkan benda-benda sebagai alat komunikasi yang dapat dipahami, benda-benda tertentu sebagai penanda suatu kegiatan yang dilakukan.
o    Mengomunikasikan informasi mengenai “di mana” dan “kapan” dengan cara yang mereka mengerti sehingga kita membuat hidup mereka lebih bisa diduga (hanya masalah penyederhanaan sopan santun).
o    Mengusahakan kontak mata sesering mungkin dan memahami  kebisaannya.
o    Melatih konsentrasi selama mungkin secara terus-menerus.
o    Tega, memaksa, dan tidak mudah terpengaruh oleh penolakan yang dilakukan saat diajak berkomunikasi.
o    Mendorong ekspresi dan penggunaan perasaan serta pendapat.
o    Menumbuhkan kemampuan berpikir logis.
o    Membiasakan bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan.
d.    Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong Hiperaktif adalah :
o    Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas.
o    Kenali kelebihan dan bakat anak.
o    Membantu anak dalam bersosialisasi.
o    Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
o    Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.
o    Menerima keterbatasan anak.
o    Membangkitkan rasa percaya diri anak.
o    Bekerjasama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
e.    Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi Sindrom Down, ada beberapa cara untuk menangani Sindrom Down diantaranya :
o    Melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
o    Penderita harus mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungannya agar tetap semangat menjalani hidup.
o    Kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nanny Lia Dewi, Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika
kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/asuhan-bayi-baru lahir/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27032/4/Chapter%20II.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar